Pemanfaatan Limbah Tekstil
Pemanfaatan Limbah Industri Tekstil
PENDAHULUANDunia sedang dilandan masalah lingkungan yang sangat memprihatinkan. Dimana salah satu dampak yang diberikan adalah menurunnya atau berkurangnya kualitas air bersih karena banyak sumber air atau aliran air yang tercemar oleh limbah, baik itu limbah domestic maupun limbah industry (Rahman, et al., 2018).
Salah satu sumber masalah pencemaran lingkungan yaitu limbah industry yang pembuangannya dan pengolahannya kurang diperhatikan (Rahmat, et al., 2018). Salah satu industry yang cukup berpengaruh dalam pencemaran lingkungan yaitu industry tekstil. Industri tekstil di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, terlebih lagi di Indonesia terkenal dengan beberapa kain khas seperti batik, songket, dan lain sebagainya. Selain kain-kain tradisional, industry tekstil di Indonesia juga sangat marak, setidaknya ada 1.230.988 perusahaan yang menekuni industry tekstil baik itu rumahan maupun yang perusahaan (Febi & Arini, 2021).
Sebagai negara berkembang, Indonesia bergantung pada sektor industri. Industri tekstil merupakan salah satu industri yang bergantung padanya. Selama beroperasinya industri tekstil, pasti akan timbul limbah. Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan selama operasi kanji, pemisahan pati, pemutihan, pemasakan, alkalizing, pencelupan, pencetakan dan finishing industri tekstil. Bukan rahasia lagi bahwa suatu industri pasti menghasilkan limbah. Sebagian besar limbah ini seringkali dapat menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar. Begitu pula dengan industri tekstil. Limbah dari industri tekstil sendiri meliputi limbah cair dan limbah padat.
Air limbah yang muncul karena adanya prosses produksi pada industry tekstil merupakan salah satu limbah yang paling berpolusi jika dibandingkan dengan beberapa sektor industry lainnya seperti cat, kertas, dan farmasi (Guntur & Erina, 2019). Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat dan cair perlu untuk dilakukan pemanfaatan kembali guna untuk mengurangi pendapatan limbah. Limbah padat dapat lebih bermanfaat daripada limbah cair karena limbah cair sudah mengandung campuran bahan kimia
A. Limbah Industri TekstilLimbah merupakan sebuah hasil bahan buangan dari hasil produksi yang berupa zat sisa dari proses kegiatan manusia (Amiroh & Arini, 2019). Salah satu faktor yang membuat lingkungan tercemar di berbagai negara adalah adanya limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industry. Banyaknya jenis limbah pada masa sekarang, hal ini perlu menjadi konsentrasi para pengusaha, perusahaan, dan penggiat industry untuk mampu memberikan pengolahan limbah yang maksimal dengan cara mendaur ulang sehingga mmpunyai nilai tersendiri (Amiroh & Arini, 2019). Jika dilihat dari sifatnya limbah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Limbah OrganikLimbah yang dihasilkan dari makhluk hidup dan sifatnya mudah terurai, seperti sisak makanan dan lain sebagainya.
2. Limbah AnorganikLimbah yang sifatnya sulit atau bahkan tidak bisa terurai seperti kaleng, kaca, dan plastic.Sedangkan jika dilihat dari segi bentuknya, limbah dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Limbah Gas2. Limbah Padat3. Limbah Cair
Salah satu limbah yang cukup berperan besar dalam tercemarnya lingkungan yaitu limbah dari industry tekstil. Dalam buku "Introduction To Textie Fiber" kata Textile berarti tenun, tenunan, atau ditenun dalam bahasa prancis (Citra & Hasna, 2021). Limbah tekstil sendiri merupakan hasil dari sisa produksi tekstil yang dapat memberikan dampak negative dan mampu di olah lagi dengan daur ulang (Amiroh & Arini, 2019). Industry tekstil selalu ada di setiap negara karena hasil produknya berupa pakaian atau kebutuhan sandang lainnya yang menjadi kebutuhan pokok manusia (Hindrywati, 2020). Pemanfaatan dan pengolahan limbah tekstil penting untuk dilakukan karena limbah tekstil bisa dimanfaatkan hingga bernilai kembali dan limbah industry tekstil juga mampu berpotensi menjadi pencemar utama lingkungan jika tidak diolah (Findia & Arumsari, 2019).
Limbah dari industry tekstil yang cukup berbahaya adalah limbah yang berupa cairan. Limbah cair dari industry tekstil mengandung beberapa zat berbahaya bagi lingkungan salah satunya yaitu pewarna tekstil. Pewarna tekstil yang zat kimianya tersusun dari senyawa turunan benzzenanya yaitu senyawa azo, senyawa ini sangat sulit untuk terurai. Jika senyawa ini terdapat di lingkungan, senyawa azo mampu memnyebabkan kerusakan lingkungan dan bahaya bagi kesehatan seperti kanker dan mutase genetic lainnya. Zat pewarna yang ada dalam limbah cair industry tekstil merupakan zat pewarna sisa yag tidak digunakan dalam produksi tekstil. Zat pewarna tersusun dari gugusan kromogenik yaitu gugusan yang membuat molekul menjadi berwarna. Molekul dari zat pewarna sendiri merupakan campuran dari gugus kromofor dengan zat organic tak jenuh serta gugus auksokrom yang berperan sebagai pengikat warna kepada serat kain. Gugus auksokrom terbagi menjadi dua golongan, yaitu:1. Kelompok AnionSO3H, -OH, -COOH sebagai --O, SO3, dan lain lain2. Kelompok KationNII2, NIIR, j0NR2 sama dengan --NR2Cl.
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Limbah merupakan zat buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia. Limbah padat dari industri tekstil merupakan salah satu sampah yang jumlahnya cukup banyak di lingkungan. Padahal, ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memanfaatkan limbah padat dari industri tekstil ini. Berikut adalah cara-cara untuk memanfaatkan limbah padat.
Patchwork merupakan kerajinan menggabungkan potongan kain perca satu dengan yang lainnya yang mempunyai motif serta warna yang beragam. Potongan kain ini nantinya akan dibentuk menjadi produk yang baru, seperti selimut, tas, lukisan, dan lainnya yang tentunya memiliki nilai jual. Secara umum tahapan pengerjaan patchwork terdiri daripembuatan pola, pencetakan pola ke kain, pemotongan kain, dan basting (menyatukan 3 lapisan atas, tengah,dan bawah untuk siap di gunting).
Limbah industri tekstil yang sudah diproses melalui IPAL mengandung kandungan logam yang paling dominan, yaitu Al2O3 yang mencapai 24,7%. Kandungan alumunium oksida ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan beton. Beton yang dihasilkan pun memiliki berat yang lebih ringan dibanding beton pada umumnya sehingga dapat mengurangi beban mati pada bangunan.
Lumpur IPAL yang berasal dari limbah industri tekstil bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kompos. Pembuatan tumpukan media pengomposan dilakukan dengan mencampurkan IPAL dengan serbuk kayu atau pasir dan kotoran ayam hingga homogen. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam plastik dan ditutup agar suhu dalam tumpukan lumpur dapat naik dengan cepat. Kompos dari limbah industri tekstil ini mempunyai kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Sumber: http://lib.kemenperin.go.id; http://journal.unj.ac.id; http://www.kelair.bppt.go.id
%PDF-1.6 %���� 17 0 obj << /Subtype /Image /Length 40924 /Filter /JBIG2Decode /BitsPerComponent 1 /ColorSpace /DeviceGray /Width 2312 /Height 3331 /Type /XObject >> stream 0 @ &
goodmoneyID – Saat ini harga baju atau fashion di pasaran semakin murah, sehingga menjadi sebuah kebiasaan khalayak membeli baju baru yang kemudian numpuk di lemari. Munculnya banyak merek fashion dan semakin banyaknya industri fashion di Indonesia tanpa disadari sangat mempengaruhi gaya berpakaian khususnya bagi para wanita, hal ini menjadikan perilaku konsumtif untuk selalu berbelanja fashion demi mengikuti tren gaya terbaru. Namun seringkali kita membeli baju yang sebenarnya mirip-mirip, kemudian bosan. Selanjutnya akan dikemanakan baju-baju tersebut? Tanpa disadari kita telah menumpuk sampah tekstil di rumah.
Tekstil merupakan salah satu bagian dari penggerak perekonomian negara. Hampir di setiap kota dan juga daerah di Indonesia memiliki pabrik tekstil. Tekstil adalah industri berhubungan dengan dunia kain dan juga konveksi. Tekstil juga merupakan salah satu jenis industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar karena kebutuhan pasar akan produk tekstil di Indonesia sendiri sangat tinggi
Biasanya, industri tekstil juga mengerjakan proses pewarnaan kain, pengolahan bahan mentah, seperti kepompong dan juga kapas menjadi kain, serta pengolahan bahan kain menjadi produk sandang jadi, seperti baju, kemeja, celana, daster, rok, maupun perlengkapan rumah tangga. Tidak hanya kain, industri tekstil juga melibatkan industri dari produksi kulit, seperti jaket kulit, sepatu, dan juga berbagai produk lainnya.
Banyaknya industri tekstil di Indonesia menyebabkan timbulnya Limbah atau sampah yang dihasilkan dari sisa-sisa pembuatan produksi tekstil. Limbah yang berasal dari industri tekstil telah membawa dampak terhadap lingkungan. Pembuangan Iimbah industri merupakan penyebab utama polusi. Selain dari pabrik tekstil, faktanya, baju yang kita gunakan sehari-hari bisa menjadi limbah tekstil yang merusak Bumi apabila baju-baju tersebut menumpuk di lemari dan kemudian turun ke landfill (penimbunan sampah pada suatu lubang tanah).
Berbicara tentang solusi, ada beberapa cara untuk menangani permasalahan limbah tekstil. Di antaranya yaitu dengan melakukan upcycle atau penambahan nilai barang dengan barang yang ada. Lalu apa bedanya dengan recycle? Arti dari upcycle sendiri adalah menggunakan atau mengolah kembali barang yang tidak dipakai dengan cara memodifikasi lalu menambah nilai gunanya sehingga kualitasnya menjadi lebih baik dari barang sebelumnya. Sedangkan recycle adalah mengubah sebuah barang menjadi barang mentah namun kualitas barang yang dihasilkan menjadi sama atau malah berkurang. Seperti dimanfaatkan menjadi barang lain yang bernilai jual tinggi, seperti dapat digunakan sebagai bahan dompet/tas kain yang terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga digunakan sebagai isi bantal dan boneka sebagai pengganti dakron.
Sisa produksi dari berbagai proses produksi industri tekstil pasti berbentuk kain, terutama kain sisa berupa perca, sisa benang, resleting atau sisa bahan tambahan seperti busa pelapis, kones bekas, bisban dan kerah tali. Kerajinan dari bahan sisa tersebut paling gampang dibuat menjadi kreasi dompet cantik.
Dengan sedikit kreativitas, memanfaatkan kain keras, kain flanel, kain katun, benang sisa, dan jarum bisa menjadi pilihan untuk mendaur ulang limbah tekstil tersebut. Hal ini juga bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bila dikelola secara serius dan matang. Mengingat industri tekstil tak akan kehabisan pangsa pasar sampai kapanpun.
Siapa sangka kain perca bisa menjadi baju hias yang sangat cantik. Tentu diperlukan keterampilan untuk membuat hiasan-hiasan yang dijahitkan ke baju dari berbagai kain perca. Jangan lupa gambar dulu pola baju di kertas dan buatlah baju seakan-akan itu ialah kain yang utuh bukan limbah.
Sering ditemui potongan-potongan kain kecil yang sudah tidak pakai di tukang jahit atau konveksi. Dari pada dibuang secara sia-sia pada tempat sampah dan tidak ada gunanya, minta saja potongan kecil itu dan bisa dikreasikan menjadi alas kaki (keset). Memanfaatkan jarum dan benang jahit potongan kain termasuk tadi menjadi keset yang cantik.
Kerajinan dari limbah tekstil berikutnya yaitu kotak pensil yang terbuat dari perca kain sutra. Contoh kerajinan limbah tekstil adalah mudah, sederhana tetapi terlihat berkelas karena kain sutra yang mahal. Buat dulu polanya dan jahitlah dengan rapi. Bisa ditambah aksesoris sesuai keinginan.
Kain sutra adalah kain yang asalnya dari serat sutra. Serat sutra itu dihasilkan oleh kepompong ulat sutra murbei. Teksturnya halus, lembut karena ada asam amino di dalam serat sutra. Kain ini harganya mahal dan sudah dikenal sejak lama dan masih diminati sampai sekarang.
Berbagai limbah kain juga bisa dibuat taplak meja yaitu salah satu benda yang disamping keindahannya khusus dibuat untuk dipakai di meja makan. Masih dibutuhkan kreativitas untuk membuat taplak meja yang cantik. Jika belum punya ide banyak tutorial yang ada di internet.
Contoh kerajinan limbah tekstil lainya adalah boneka hias. Boneka hias memanfaatkan limbah kapas, kain perca, kancing yang sudah tidak dipakai, berbagai benang untuk rambut boneka, jarum dan sebagainya. Kapas atau dakron yang sudah tidak dipakai bisa dijadikan pengisi tubuh boneka.
Jika punya berbagai limbah kain flanel, pengajin bisa membuat berbagai gantungan kunci yang lucu dan cantik. Dengan memanfaatkan berbagai macam alat dan bahan seperti kain flanel, spidol, gunting, lem tembak, gantungan kunci polosan, dakron atau kapas dan berbagai aksesoris bekas bisa dihasilkan banyak gantungan kunci.
Contoh kerajinan limbah tekstil yang lain adalah dibuat menjadi bantal dan guling. Kain yang memiliki sifat lembut dan mudah dibentuk, menjadikannya mudah untuk dibuat dan dikreasikan. Warna serat ini tidak hanya putih tetapi juga sedikit kecoklatan.
Serat wol asalnya dari bulu domba. Ciri-ciri dari serat ini warnanya putih, lembut, tapi tidak terlalu kuat. Serat dari bulu domba ini biasa dijadikan pakaian untuk musim dingin seperti jaket dan syal. Tetapi serat wol atau limbahnya bisa juga dijadikan selimut, karpet, gorden sampai alas piring.
Berikutnya contoh kerajinan limbah tekstil adalah tempat menaruh barang-barang. Benda ini yaitu tas kain perca, bisa dari kain apa saja. Buat polanya dulu, dan memanfaatkan jarum, benang, setrika disamping berbagai jenis kain dan benang. Dibutuhkan pula lem untuk membuat hiasan tas.
Itu tadi sepuluh benda kerajinan yang berbentuk cantik dan menarik. Contoh kerajinan limbah tekstil adalah sederhana. Kata sederhana tidak hanya mewakili cara membuat tetapi juga mewakili bahan-bahannya yang notabene ialah limbah tekstil yang sudah tidak dipakai. Pilih saja salah satu yang dibutuhkan untuk dibuat.
Teks tersebut membahas tentang limbah industri tekstil, termasuk pengertian, sumber, jenis, karakteristik, dan metode pengolahannya. Limbah industri tekstil dihasilkan dari proses produksi tekstil dan dapat berupa cairan, padat, atau gas yang dapat mencemari lingkungan. Metode pengolahan limbah tekstil perlu dilakukan sebelum dibuang.
Limbah tekstil (garmen) merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Limbah-limbah yang dihasilkan suatu industri tekstil ini akan dialirkan ke kolam-kolam penampungan dan selanjutnya dibuang ke sungai. Untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan, maka suatu industri tekstil harus memenuhi baku mutu air limbah sesuai dengan PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .
Tabel 1. Permen LH No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil
Beban pencemaran paling tinggi
Debit Limbah paling tinggi
100m3/ton produk tekstil
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.
Gambar 1. Limbah Cair Industri tekstil
(Sumber: https://blogs.uajy.ac.id/ivann/2016/08/20/dibalik-warna-indah-kain-batik/)
Sumber Limbah Industri
Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan (dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amonia yang tinggi. Pihak industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu.
Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran, antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia, pencemaran biologis dan pencemaran radioaktif.
Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri tekstil merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses : Spinning (Pemintalan) dan Weaving (Penenunan).Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom).
Karakteristik Air Limbah Industri Tekstil:
Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS): Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupunanorganik yang larut, mengendap,atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS): Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam airlimbah setelah mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
c. Warna.: Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan: Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.
e. Temperatur: Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
f. Bau: Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
c. Dissolved Oxygen (DO)
adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH larutan.
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.
Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian).
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.Phnormal untuk kehidupan air adalah 6–8.
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang dalam skala tertentu membantu kinerja metabolisme tubuh dan mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang terlalu tinggi. Berdasarkan sifat racunnya logam berat dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih dalam jangka waktu singkat, logam tersebut antara lain : Pb,Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.
2. Moderat, mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih dalam jangka waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au, Li, Mn, Sc, Te, Va, Co dan Rb.
3. Kurang beracun, namun dalam jumlah yang besar logam ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain :Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn .
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton. Penentuan kualitas mikroorganisme dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.
Di sekitar pabrik pada umumya sungai digunakan untuk tempat pembuangan limbah, tanpa instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu. Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran. Dengan pengolahan tersebut limbah tekstil yang dibuang ke sungai di duga dapat mengurangi bahan pencemar.
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.DiIndonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.
PT Sumber Aneka Karya Abadi sebagai salah satu distributor alat laboratorium menyediakan alat-alat untuk mengukur parameter yang dibutuhkan Industri Tekstil dalam pengontrolan limbah cairnya.
Karena karakteristik limbah cair industri tekstil yang beragam seperti mengandung senyawa organik, sulfida dan logam berat, maka diperlukan elektroda yang memiliki performance tinggi di segala macam sampel seperti Thermo Scientific Orion 8172BNWP. Sedangkan untuk meter pengukur pH dapat digunakan Thermo Scientific Orion “VERSA STAR VSTAR90” Multiparameter Benchtop Meter.
BOD Sensor System 6 dari VELP atau BOD Trak II dari HACH dapat digunakan untuk mengukur nilai BOD berdasarkan metode manometrik.
Gambar 4. BOD Sensor System 6 Velp
Gambar 5. BODTrak II Apparatus
3. COD, Fenol Total, Amonia Total, Krom Total dan Sulfida
Hach DRB200 dapat digunakan sebagai reaktor untuk membantu analisa COD pada limbah industri tekstil. Untuk reaktor DRB200 ini tersedia single block maupun dual block. Kemudian untuk mengukur nilai COD beserta Fenol Total, Krom Total, Amonia Total dan Sulfida dapat digunakan spektrofotometer HACH (DR1900, DR3900 atau DR6000).
Gambar 6. DRB200 Single Block
Gambar 7. DRB200 Dual Block
Gambar 8. DR1900 Portable SPectrophotometer
Gambar 9. DR3900 Laboratory Vis Spectrophotometer
Gambar 10. DR6000 UV-VIS Spectrophotometer
Dwioktavia., 2011, Pengolahan Limbah Industri Tekstil. https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-tekstil/.
Habibi, Islam. 2012. TINJAUAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL PT. SUKUN TEKSTIL KUDUS. SKRIPSI. Universitas Negeri Yogyakarta.
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .
http://www.in.dirtwave.com/inggris-tertarik-pada-usaha-baru-dalam-industri-tekstil-dan-garmen/
Haluti, S. &. (2015). Pemanfaatan Potensi Limbah Tongkol Jagung Sebagai.Briket arang melalui Karbionisasi di wilayah Propinsi Gorontalo
Surmaini. (2017). Perubahan Iklim DalKonteksSistem Produksi dan Pengembangan Kopi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.
Permana, A. D. (2014). Studi Pencacahan dan Pengomposan Ampas Tebu. Alfrojems & Anugrahini, 2. (2019). Pengentasan Kemiskinan Perdesaan.
Argandi, S. T. (2018). Faktor-faktor yang pola pangan Harapan (PPH) di kota Bandung
Sinurat, E. (2011). Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete dan Tongkol Jagung.
, L. (2008). Transformasi Mikropori ke Mesopori Cangkang Kelapa Sawit Terhadap.Nilai Kalor Bakar Briket arang cangkang kelapa sawit
Astawa, N. 2. (2019). 'Tetanus Generalisata dengan Jaringan Nekrotik Digiti III Pedis.
Kumalasari F., S. Y. (2011). Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air.
Wahyudi. (2012). Bertanam Tomat di dalam Pot dan Kebun Mini. Agromedia.
Salafudin, I. (2021). 33 UKM di Karanganyar Dapat Bantuan Peralatan dari program peningkatan hasil peternakan.
Alfrojems & Anugrahini, 2. (2019). Pengentasan Kemiskinan Perdesaan.
Argandi, S. T. (2018). Faktor-faktor yang.
Astawa, N. 2. (2019). 'Tetanus Generalisata dengan Jaringan Nekrotik Digiti III Pedis.
Hidayat, A. T. (2019). Perancangan Sistem Informasi Dinas Pendapatan pengelolaan keuangan Aset Daerah kabupaten Muratara.
Kel 5 Limbah Industri Tekstil